![]() |
Tarmizi A.Hamid, dengan Koleksi Mushaf Al-Qur'an (Foto. Agus Setyadi / Detik.com) |
Salah satu manuskrip tertua yang telah berusia sekitar 400 tahun adalah Alquran. Meski sudah berusia empat abad, tinta yang dipakai untuk menulis Alquran tidak ada yang luntur. Hanya saja warna kertas yang mulai memudar.
Pada bagian awal, tengah dan akhir Alquran memiliki 'hiasan' di kedua halamannya dengan corak berbeda. Namun masih tetap menunjukkan karakteristik bentuk khas Aceh di antaranya mahkota, tameh puntong (tiang penyangga terpotong) dan talo meuputa (tali berputar), dan didominasi warna merah, kuning dan hitam.
"Alquran yang ada corak-corak di samping ini merupakan pesanan khusus Sultan Iskandar Muda waktu itu," kata Cek Midi saat ditemui di kediamannya, Rabu (15/4/2015).
Sultan Iskandar Muda berkuasa pada tahun 1607 sampai 1636. Pada masa itu, Sultan memesan kertas dari beberapa negara di Benua Eropa untuk menulis kitab maupun mushaf Al-quran. Untuk menulis Alquran, digunakan kertas dari Venice (Itali). Hal itu terlihat dari watermark di kertas yaitu bulan sabit bersusun tiga.
"Untuk tintanya yaitu biji besi yang sudah dipanaskan. Yang nulis ini orang-orang ahli tulis menulis," ungkap Cek Midi.
Selain mushaf Quran, Cek Midi juga mengoleksi kitab-kitab yang membahas tentang tasawuf (sufi), agama, astronomi, psikologi, sejarah, tauhid, hukum Islam (fiqh), termasuk ilmu perbintangan, ilmu falaq, dan tajul muluk.
Manuskrip koleksi Cek Midi rata-rata ditulis oleh ulama terdahulu seperti Syekh Abdurauf al Jawi al Fansuri, Imam Abu Abdillah al Jami', Nuruddin Ar Raniry, dan lainnya pada abad 16 dan 17 masehi.
"Manuskrip yang saya punya ada yang ditulis dalam bahasa Arab, Melayu dan Aceh. Tapi semua menggunakan aksara Arab-Jawi," ungkap Cek Midi.
Cek Midi sehari-hari bekerja di Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Aceh. Ia mengumpulkan manuskrip kuno sejak 1995. Hingga saat ini, ia sudah mengoleksi 482 manuskrip. (Detik.com)
0 Komentar