Kemilau Khazanah Mata Uang Aceh. (Oleh. Tarmizi Abdul Hamid)

Mata Uang Emas Aceh, Dirham

GEMILANGNYA Negeri Aceh pada era Kerajaan  masa lalu tidak pernah terbantahkan oleh siapapun, karena negeri ini masih memiliki peninggalan cagar budayanya sebagai sumber primer yang sangat otentik. Semua kita sepakat bahwa Negeri Aceh pantas dijuluki sebagai Negeri peradaban dalam segala hal, mengingat berbagai macam ragam sisi dan bentuk peninggalan khazanah bangsanya memiliki nilai historis yang sangat tinggi dan masih dapat dilihat dan diteliti pada masa sekarang ini,  salah satunya adalah Mata Uang Emas Aceh (Dirham) .

Seperti kita ketahui bahwa, masa Kerajaan Aceh Darussalam uang resmi dalam Negeri sebagai alat tukar terbuat dari Emas, dan populer diucapkan oleh masyarakat Aceh dan Dunia dengan Dirham atau Deureuham. 
Tidak terbayangkan oleh kita sesuatu Negeri yang memiliki mata uang resmi yang terbuat dari emas sebagai alat tukar dalam masyarakatnya, bahwa Negeri ini dan rakyatnya sangat makmur, kemilaunya mata uang ini bertanda di Negeri Aceh ini menyimpan bahan baku cadangan emas yang relatif besar, tidak mungkin sebuah Negeri memiliki uang resminya dari emas, kalau di Negeri ini tidak menyimpan banyak kandungan bahan baku emas.
Cadangan emas yang sangat besar telah dipetakan pada masa Kerajaan Aceh Darussalam adalah Negeri Karam (Aceh Barat) dan Pedir (Pidie), para ahli sejarah Aceh tidak mengherankan kalau saat ini banyak Masyarakat Aceh mendapatkan emas di kawasan Aceh Barat dan Pidie. Seiring banyak dan mudahnya emas di Aceh pada zamannya, maka semua bentuk perhiasan di Aceh terbuat dari emas.
Sebagai Negeri yang berperadaban tinggi tidak diragukan, karena menyimpan bukti bisu yang kemilaunya seperti pada empunya dahulu, Pasai, mata uang emas (dirham) tertua dan awal dari pembuatannya, ini dilihat disalah satu tahun yaitu 1297 Masehi, pada mukanya tertulis Muhammad Malik az-Zahir. Belakang tertulis as-Sultan al-adil, dengan diameter 10.mm, berat 0,5 gram, mutu 18 karat. Koleksi mata uang dirham (numismatik) yang identifikasi diatas milik dari Prof, Dr.  Ibrahim Alfian sendiri, dalam bukunya "Mata Uang Emas Kerajaan Aceh" Mata uang Emas Kerajaan Aceh Darussalam sendiri yang paling tua uang emasnya adalah pada masa Sultan Ali Mughayat Syah (1514 Masehi) dimana Sultan ini adalah pendiri Kerajaan Aceh Darussalam setelah berhasil mengusir Portugis di Pasai dan Pedir, setiap masa kekuasaannya Raja-raja Aceh membubuhi nama indahnya di mata uang emasnya.

Menurut Prof, Dr.  Ibrahim Alfian ungkapan as-Sultan al-adil yang tertulis dibelakan dirham-dirham Pasai dipakai juga oleh Kerajaan Aceh Darussalam mulai dari Sultan Salah ad-Din (1405 M)  sampai Sultan Ri'ayat Syah (1589 M), Sedangkan pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1637 M) kata kata as-sultan al-adil tidak lagi dipergunakan pada dirham-dirham Aceh.
Referensi kata as-Sultan al-adil seterusnya diikuti oleh Sultan-Sultan disemananjung Tanah Melayu.
Perlu dicatat, sepanjang masa Kerajaan Aceh Darussalam, Masyarakatnya telah mengenal benda benda yang mewah umumnya terbuat dari emas, tidak juga mengherankan ketika hari ini Masyarakat Aceh masih memiliki cara hidupnya tergolong dengan gaya hidup mewah karena sepanjang berapapun perbedaan zaman, namun sifat dan karakter kebiasaan para pendahulu sedikitnya akan mengalir didarah generasinya. Tulisan kecil ini untuk mengingatkan orang Aceh sekarang untuk agar bisa menerawang Aceh masa lalu yang begitu menajubkan dari berbagai sisi.  Peninggalan Artefak budaya dan adat, agar kita bercermin pada masa kegemilangan Aceh untuk dijadikan inspiratif pemikiran ke Masa yang akan datang, Kemilaunya khazanah adat dan budaya seperti Mata Uang Emas Dirham Aceh, akan memberi bukti kuat kepada kita sekarang, bahwa orang Aceh dulu Pintar.
Mata Uang Emas Aceh, Dirham


Posting Komentar

0 Komentar