Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Pamerkan Manuskrip Pertanian

Sejumlah Naskah Kuno Aceh, dipamerkan di Stand Dinas Pendidikan Dayah Aceh, pada Penas KTNA XV di Banda Aceh.


Laporan Zainal Arifin | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Pendidikan Dayah Aceh di arena Pekan Nasional (Penas) XV Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) 2017, memamerkan naskah kuno (manuskrip) yang mengupas tentang keilmuan dan tradisi pertanian di Aceh masa lalu.
Stan Dinas Pendidikan Dayah Aceh ini berada di Hall C2 yang terletak di sisi kanan Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh. 
Amatan Serambinews.com, Rabu (10/5/2017), di Hall C2 ini juga terdapat puluhan stand lain, seperti Wali Nanggroe, Baitul Mal, Bappeda Aceh, DKI Jakarta, Papua, dan puluhan stan kabupaten/kota, maupun provinsi lainnya di Indonesia.
Naskah Kuno (Manuskrip) Aceh, tentang ilmu Tanaman.

Koordinator Pameran Stand Dinas Pendidikan Dayah Aceh pada Penas KTNA 2017, Badaruddin SPd MSi, kepada Serambinews.com mengatakan, keberadaan manuskrip tentang pertanian ini menunjukkan betapa luasnya ilmu pengetahuan para ulama Aceh sejak dahulu kala.
"Aceh, dalam catatan sejarahnya sebagai empunya kebudayaan dan peradaban Islam terkemuka di Asia Tenggara, tidak sedikit melahirkan ulama-ulama zawiyah (dayah) yang menghasilkan beragam karya tulis yang selalu menghiasi alam pengetahuan sepanjang masa," ungkap Badaruddin.
Ia menyebutkan, karya tradisi tanaman di Aceh yang menghiasi buah karya ulama Aceh seperti Tajjul Muluk (Mahkota Raja) menjadi referensi keilmuan tradisi pertanian di Aceh masa lalu. "Ini patut diketahui oleh pakar tanaman, intelektual,dan generasi petani masa kini," ujarnya.
Naskah kuno koleksi Tarmizi A Hamid ini dipamerkan di antara sejumlah benda, gambar, dan brosur berisi program Dinas Pendidikan Dayah Aceh.
Pemilik naskah kuno tersebut, Tarmizi Abdul Hamid menjelaskan, naskah yang mengupas tentang tanaman ini terdiri atas beberapa halaman.
"Dari karakter tulisan dan bahasa menunjukkan usia lebih tua. Sedangkan dari sisi kodikologi usia kertas berasal dari Eropa yang memiliki watermark (cap air) berbentuk Bulan Sabit Sejajar bersusun Tiga," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Cek Midi ini menambahkan, melihat cap air dalam kertas tersebut, dapat diketahui  bahwa kertas naskah inj berasal dari Venice, Italia, produksi tahun 1725. 
"Teks tentang tanaman ini ditulis dalam aksara Arab-Jawi berbahasa Melayu, karakter tulisan khat naskhi berwarna hitam dan rubrikasi merah," kata Cek Midi.
Bab tentang tanaman dalam manuskrip yang sudah sangat uzur ini, tersusun dalam satu bundel dengan judul atau pembahasan penting lainnya. "Hal tersebut semakin memperkuat bahwa teks naskah tersebut menjadi bacaan harian sebagai ilmu pengetahuan ataupun pegangan dalam bercocok tanam pada masa lalu," ujarnya.
Cek Midi memaparkan, keberadaan naskah ini menunjukkan keseriusan para endatu (pendahulu) Aceh, merekam segala sesuatu dengan baik, melalui penuturan (lisan) maupun tulisan (naskah).
Dalam naskah itu secara rinci menerangkan tentang penentuan bulan dalam tahun Hijriah, hari, waktu ke waktu, permulaan menanam tumbuhan secara serentaK. Ini semua ada kaitan efek sampinga seperti pencegahan segala penyakit dan musuh tanaman (hama). 
Misalnya dijelaskan bahwa, tanaman yang berbatang banyak, baik ditanam pada hari Ahad. Sementara tanaman yang berbuah di dalam tanah sangat baik ditanam pada hari Isnin, dan seterusnya.
"Untuk jenis tanaman berkategori yang batang, berbiji, dan berbuah di atas tanah sebaiknya ditanam pada waktu bulan naik dalam Hijriah," kata Cek Midi mengutip isi naskah tersebut
"Karya Ulama Sufi Dayah Aceh ini sebagai bentuk mengingatkan kepada kita bahwa, ulama dayah masa lalu telah terlebih dahulu menjadi pakar tanaman sesuai zamannya," tambah Badaruddin, Koordinator Pameran Stand Dinas Pendidikan Dayah Aceh pada Penas KTNA 2017.(*)

Badaruddin,SPd, M.Pd

Sumber : Serambi Indonesia/Serambinews.com

Posting Komentar

0 Komentar