Banda Aceh, Kota Pusaka Peradaban

Ilustrasi kesultanan Aceh Darussalam dalam lukisan karya Sayed Dahlan Al Habsyi.
PENGANTAR

Oleh : Tarmizi Abdul Hamid

Banda Aceh, Kota Pusaka Peradaban, merupakan salah satu paparan yang menarik sarat makna bagi kebutuhan kontemporer. Kota Banda Aceh dikenal kekayaannya  dengan peninggalan khazanah pusaka budayab aik dalam bentuk benda maupun warisan budaya tak benda.

Kekayaan ini sebagai mutiara terpendam dari titipan leluhur Aceh masa lalu yang belum sempat tergali semuanya. Produk budaya masa lalu ini sangat penting dan bernilai bagi pembangunan kota tercinta ini.
Banda Aceh pernah menjadi kota pusat peradaban yg "gemilang" di Asia Tenggara. Kala itu, kota Banda Aceh ini adalah kota pusat peradaban Islam terbesar kelima di dunia, setelah Turki Utsmaniyah di Istanbul, Maroko di Afrika, Isfahan di Persia, Agra di Mughal, dan Bandar aceh Darussalam di Asia Tenggara.

Sebagai Kota yang mempunyai predikat Peradaban yang Gemilang, tentu menyimpan khazanah pusaka yang tidak pernah tergantikan.
Kota yang bernama Bandar Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Johan Syah pada tahun 1205 M. Kota Tua tersebut sekarang tapaknya berada di kedalaman laut Kampung Jawa dan Kampung Pande, pusat dari Triangle Aceh ini ada dalam catatan sejarah Dunia, Triangle Aceh cikal bakal dari Bandar Aceh Darussalam, diantaranya Indra Patra, Indra Purwa dan Indra Puri, sering Sejarawan Aceh dengan ucapan "Aceh Lhee' Sagoe".

Ketika kami diminta untuk peserta Training of Trainer (ToT) untuk kesiapan menjadi fasilitator pada Orientasi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPRK) Banda Aceh, kami menerima dengan ikhlas dan senang hati. Kesediaan ini tentu mengingat Banda Aceh sebagai kota pelayan, kota sentral kaya budaya dari semua etnik di Aceh terkonsentrasi di kota ini, kemudian kota ini kaya akan nilai religius dan filosofis yang mengandung akar historis yang dapat mensharing timbal balik pemahaman terhadap sistem budaya ke Pemerintah Kota Banda Aceh yang sedang mencari bentuknya Kekayaan Kearifan Lokal hari ini.

Sebagai kota pusat peradaban pada eranya, menambah keyakinan kita bahwa, pada satu sisi memperkuat fakta sejarah karena pusaka yang diwariskan bahwa; Bandar Aceh Darussalam kota yang diurus dan dibangun dan dikelola secara kolektif, walaupun prinsip kota ini berbentuk monarkhi.

Bandar Aceh Darussalam ditegakkan atas tatanan pemerintahan dan hukum adat yang komprehensif dan lingkaran syariat Allah. Kami diberi waktu pemaparan yang sangat singkat tentang jejak rekam Kota Banda Aceh dari masa ke masa oleh Panitia, namun tanpa mengurangi rasa hormat kami pada sesi diskursus nanti berbagai konsepsi teoretikus kontemporer, apa yang kami paparkan ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan tentang tata pemerintahan, sosial politik, sosio kultural, ekonomi dan semua aspek kehidupan.  Disatu pihak upaya memperkaya sumber keilmuan yang diekstrak dari pusaka masa silam merupakan upaya yang sangat penting untuk pelestarian titipan historis. Dilain pihak masih banyak tersimpan literatur klasik berupa manuskrip kesejarahan yang tersingkap, maka semakin kaya kearifan kekinian dan yang akan datang.

Sejarah bukan hanya catatan masa lalu sebatas untuk di ingat dan dibanggakan sebagaimana prilaku ekspresif kita selama ini, tapi yang lebih penting adalah sejauh mana kita berkomitmen dan kesungguhan kita sebagai pewarisnya untuk belajar dari kearifan sejarah itu sendiri. Semoga tercerahkan.




Posting Komentar

0 Komentar